Langsung ke konten utama

Rindu.



Kedatanganmu Meninggalkan Jejak, Rindu
 
Diam-diam ditangisi, diam-diam sesak menghampiri secara bertubi-tubi, diam-diam kerinduan merasuki jiwa. Ada getaran yang membuat hati terasa perih. Getaran ini pahit, tak manis. Getaran ini mula-mula hanya sesaat melintas. Namun sekarang getaran ini begitu besar terasa di hati dan menetap begitu lama. Getaran yang membuat hati menjadi sakit.


Kamu tahu, getaran apa ini? Ya getaran ini adalah cemburu. Kecemburuanku pada temanmu begitu membuat aku gila. Aku takut semua yang aku pikirkan menjadi kenyataan. Aku takut kehilanganmu yang selama ini menghiasi hariku. Aku memang bukan siapa-siapamu. Aku hanya seorang wanita yang rela menunggu.


Salahkah jika aku cemburu pada orang yang belum menjadi apa-apa dalam kehidupanku? Salahkah jika aku begitu mendamba-dampakan sosokmu dalam hidupku? Jika ini salah, katakan padaku apa yang harus aku perbuat untuk tidak begitu mengaharapkan dirimu?


Dirimu datang padaku tanpa aku minta. Kedatanganmu meninggalkan jejak. Rindu. Ya, seiring berjalannya waktu rindu ini tumbuh besar dalam hatiku. Aku tak mampu berbuat apa-apa. Aku tak mampu memangkas rindu yang sudah menjalar ke bagian yang sulit untuk ditebas. Karena dirimu selalu ada untukku.


***


Ponselku berdering, ada pesan masuk darimu. Mungkin pesan itu tak begitu berharga di matamu, tapi bagiku sangat berarti. Aku akan cepat-cepat membuka pesanmu dan membalasnya dengan senyum kebahagiaan.


Aku tak tahu, apakah dirimu sebahagia ini ketika kita sedang berinteraksi satu sama lain? Apakah hanya aku yang merasakannya? Apakah hanya aku yang mempunyai perasaan merah jambu kepadamu? Ataukah dirimu punya yang lain?


Ketika aku mempunyai perasaan yang negatif tentang kita. Aku selalu menghibur dan mengahayal yang baik-baik tentang kita. Aku tak mau pikiran hitam tentangmu membuat aku sakit. Aku tak mau jatuh ke lubang yang membuat diriku sirna.


Ya aku tahu, jika pada kenyataannya kita tak bersama. Aku tahu. Namun, bolehkah aku memimpikan masa depan kita sekarang ini? Selagi aku dan kamu saling menggenggam. Entah genggamanmu akan bertahan sampai kapan.


***


Pada Pengakuan


Ada sebuah pengakuan yang menakjubkan hatiku. Pengakuan yang pada akhirnya akan membawa ke arah mana akan melangkah. Pengakuan yang membuat keputusan harus diambil detik ini juga. Pengakuan yang akan membawa pada kebahagiaan atau kesedihan. Ya, karena pengakuan itu harus dideklarasikan agar adanya kepastian untuk melangkah.

dan bersambung ...



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Resensi Novel "Pulang" karya Tere Liye

Pulang , Tere Liye Judul buku        : Pulang Pengarang         : Tere Liye Penerbit          : Republika Tahun terbit      : Maret 2018 (cetakan XXVII) Kota terbit        : Jakarta Dunia memanggilnya Si Babi Hutan. Siapa tak mengenal ia. Pandai dalam berbagai hal. Semua ia pelajari secara cepat. Pagi sampai sore ia belajar berhitung, membaca buku-buku, dan malam ia belajar bela diri. Tahap demi tahap ia lalui dari tingkat sekolah menengah hingga perguruan tinggi ia lalui begitu dengan mudah. Tak lupa juga dengan kemampuan ilmu beladirinya. Dari ilmu beladiri, menembak, sampai samurai. Si Babi Hutan dengan baik mempelajarinya. Hingga detik ini ia tidak ada yang dapat menandinginya. ia sangat disegani. Lalu apa hubungannya dengan sebutan “Si Babi Hutan”? Bujang adalah anak yang tumbuh dipedesaan dengan kehidupan yang sederhana. Sampai pada suatu ketika ada sekelompok pemburu babi datang ke desanya untuk menebas babi di hutan. Tauke Besar adalah ketua dari tim ke

Lagi dan lagi

Ada yang tetap bertahan kala itu. Bertahan dari ketiadaan. Memang tidak ada yang tahu akan berakhir seperti apa, tapi kala itu meyakini dari pertahanan yang dibuat adalah keputusan yang sangat bijak karena memang aku memegang janji-janji itu dengan hikmat. Setelah beberapa bulan bertahan dari hasil memegang janji itu ternyata Tuhan berkehendak yang lain. Janji itu mulai memudar. Tidak seindah pada kala itu. Awan semakin gelap bahkan hampir pekat. Keyakinan pun mulai memudar dan aku mulai mengkhawatirkan hal itu. Gelisah tiada tara. Aku mulai berpikir apakah janji itu sudah hilang? Benar firasatku. Aku menemukan pernyataan yang sesungguhnya harus aku terima dengan lapang dada. Ternyata janji itu hilang atas keyakinan yang ada. Jalan memang tak selamanya lurus pasti ada tikungan-tikungan.

Sejenak berpuisi

Yang terlewati Karya : ey Sudah terlewati hari hari tanpa hikmah Sudah terlewati amalan-amalan baik Sudah terlewati senyum ibadahmu Sungguh tragis hidup ini tanpa tujuan yang pasti Sungguh tidak bermanfaatnya jiwa raga ini Tuhan pun selalu memberi kesempatan kepadamu. Namun kau selalu terlewati begitu adanya Nihil semua pekerjaan yang kau lakukan Tidak ada nilai yang didapat Oh bagaimana Tuhan akan mengampunimu kelak nanti? Kalau kerjaanmu hanya mengumpat. Ketika tangan dan kaki berbicara Karya: ey hari ini kita berbuat sesuatu yang kita mau kita mencaci, membully, memfitnah kita melakukan semua itu tanpa takut datang hari di mana kita akan diminta pertanggungjawaban bahwa kita takut ada saksi yang akan membenarkan perbuatan kita tangan dan kaki akan mempresentasikan perbuatan apa yang telah kita kerjakan dan dan kita tak bisa berbuat apa-apa Tuhan pun hanya percaya dengan saksi hidup kita kita pun mati kutuk, hanya bisa