Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2018

Resensi Novel "Pulang" karya Tere Liye

Pulang , Tere Liye Judul buku        : Pulang Pengarang         : Tere Liye Penerbit          : Republika Tahun terbit      : Maret 2018 (cetakan XXVII) Kota terbit        : Jakarta Dunia memanggilnya Si Babi Hutan. Siapa tak mengenal ia. Pandai dalam berbagai hal. Semua ia pelajari secara cepat. Pagi sampai sore ia belajar berhitung, membaca buku-buku, dan malam ia belajar bela diri. Tahap demi tahap ia lalui dari tingkat sekolah menengah hingga perguruan tinggi ia lalui begitu dengan mudah. Tak lupa juga dengan kemampuan ilmu beladirinya. Dari ilmu beladiri, menembak, sampai samurai. Si Babi Hutan dengan baik mempelajarinya. Hingga detik ini ia tidak ada yang dapat menandinginya. ia sangat disegani. Lalu apa hubungannya dengan sebutan “Si Babi Hutan”? Bujang adalah anak yang tumbuh dipedesaan dengan kehidupan yang sederhana. Sampai pada suatu ketika ada sekelompok pemburu babi datang ke desanya untuk menebas babi di hutan. Tauke Besar adalah ketua dari tim ke

Sejenak berpuisi

Yang terlewati Karya : ey Sudah terlewati hari hari tanpa hikmah Sudah terlewati amalan-amalan baik Sudah terlewati senyum ibadahmu Sungguh tragis hidup ini tanpa tujuan yang pasti Sungguh tidak bermanfaatnya jiwa raga ini Tuhan pun selalu memberi kesempatan kepadamu. Namun kau selalu terlewati begitu adanya Nihil semua pekerjaan yang kau lakukan Tidak ada nilai yang didapat Oh bagaimana Tuhan akan mengampunimu kelak nanti? Kalau kerjaanmu hanya mengumpat. Ketika tangan dan kaki berbicara Karya: ey hari ini kita berbuat sesuatu yang kita mau kita mencaci, membully, memfitnah kita melakukan semua itu tanpa takut datang hari di mana kita akan diminta pertanggungjawaban bahwa kita takut ada saksi yang akan membenarkan perbuatan kita tangan dan kaki akan mempresentasikan perbuatan apa yang telah kita kerjakan dan dan kita tak bisa berbuat apa-apa Tuhan pun hanya percaya dengan saksi hidup kita kita pun mati kutuk, hanya bisa

Lagi dan lagi

Ada yang tetap bertahan kala itu. Bertahan dari ketiadaan. Memang tidak ada yang tahu akan berakhir seperti apa, tapi kala itu meyakini dari pertahanan yang dibuat adalah keputusan yang sangat bijak karena memang aku memegang janji-janji itu dengan hikmat. Setelah beberapa bulan bertahan dari hasil memegang janji itu ternyata Tuhan berkehendak yang lain. Janji itu mulai memudar. Tidak seindah pada kala itu. Awan semakin gelap bahkan hampir pekat. Keyakinan pun mulai memudar dan aku mulai mengkhawatirkan hal itu. Gelisah tiada tara. Aku mulai berpikir apakah janji itu sudah hilang? Benar firasatku. Aku menemukan pernyataan yang sesungguhnya harus aku terima dengan lapang dada. Ternyata janji itu hilang atas keyakinan yang ada. Jalan memang tak selamanya lurus pasti ada tikungan-tikungan.